Sebuah sifat yang manusiawi. Ketika berdekatan dengan
orang diluar kamunitas kita (akhwat) maka akan timbul getar-getar yang berbeda,
getar-getar cinta. Sifat yang wajar menurut saya. Para ikhwan, saya kira
mempunyai sifat yang sama seperti saya. Hanya saja siapa yang tahu dibalik hati
seseorang. Hanya dirinya dan Allah ta'ala-lah yang tahu.
Seorang wanita diciptakan sebagai penentram hati. apa
jadinya ketika seorang lak-laki jauh dari sang penentram hati. Sudah dapat
ditebak bahwa akan terjadi kegelisahan hati. Meskipun hanya sedikit orang yang
mampu menahan gejolak hati, hanya sedikit, tapi tetap saja ada yang masih mampu
menahan gatar yang hebat ini. Saya kira hanya orang yang mempunyai kecintaan
kepada Allah yang sangat sangat luar biasalah yang mampu menahan gejolak nafsu
duniawi didalam tiap kesendirian. Bisa jadi, sekali waktu iapun akan merindukan
gejolak cinta duniawi. ini adalah fitrah duniawi.
Hanya saja, yang menjadi permasalahan adalah sejauh
mana kita mengatur ritme getaran cinta yang menghujam dalam dada ini. Bagai
mana kita mensinergikannya dengan semua aktifitas yang senantiasa kita jalani.
Perlu ada kontrol yang jelas, agar semua bisa berjalan beriringan. Tanpa itu
semua, maka kita akan mudah terombang ambing oleh getaran cinta, kita akan
terlimbas oleh nafsu duniawi.
Penguatan ma'nawi menjadi suatu yang sangat penting
guna mengendalikan nafsu duniawi, perlu ada proporsi yang lebih besar, agar
semua dapat terkendali. Ma'nawi yang kuat akan dapat menjernihkan hati dari
berbagai getaran liar, getaran yang bisa menjauhkan kita dari sang pembuat
cinta. Sudah saatnya mengevaluasi diri, sudah saatnya membuat perencanaan yang
jelas, dan sudah saatnya untuk menyalurkan getara-getar cinta sesuai dengan
fitrahnya.
Jangan hanya berhayal, tapi perlu ada realisasi.
Sebuah langkah nyata, sebuah usaha untuk membuat jalan baru bagi mengalirnya
getaran cinta.
Sudah saatnya . . . .