This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Cara Mengkonsumsi Madu

Madu Java Honey.

Kamis, Desember 28, 2006

Cinta dan Pengorbanan


Ibrahim, sosok laki-laki yang paling bahagia, ketika anak pertamanya lahir setelah sekian lama dinanti-nanti. Bukan waktu yang pendek ketika Ibrahim menginginkan seorang anak, setelah bertahun-tahun lamanya, Allah Ta’alapun mengabulkan keinginannya. Terlahir dari rahim Siti Hajar.

Kelahiran anak pertamanya, Ismail, memberi kebahagiaan tersendiri bagi Ibrahim. Ibrahimpun sangat mencurahkan kasihsayangnya kepa Ismail. Pada suatu saat Allah menguji kecintaan Ibrahim, apakah lebih mencintai Ismail atau Allah Ta’ala. Maka Ibrahim diperintahkan membawa Siti Hajar beserta Ismail pergi kesuatu tempat – sekarang adalah mekah – dan ditinggalkan ditempat itu yang hanya berbekal sedikit air. Ibrahimpun dengan tabah meninggalkan Siti Hajar beserta Ismail yang masih bayi di padang pasir yang panasnya begitu luar biasa, dan hanya kepasrahan kepada Allahlah Ibrahim mencurahkannya.

Dibalik peristiwa ini maka diabadikan oleh Allah, setiap orang yang berhaji maka mereka menirukan apa yang dilakukan oleh Siti Hajar berlari-lari dari shofa sampai marwa demi mendapatkan sedikit air untuk anak tercinta, karena air susunya sudah kering.

Airpun didapatkannya tepat dibawah kaki Ismail yang ditinggalkannya. Sebuah keajaiban, sebuah mu’jizat, airpun mengalir tak ada habisnya, seandainya Siti Hajar tidak membendung aliran mata air tersebut, niscaya mekah akan tenggelam dengan air. Siti Hajar lantas berucap zam-zam ... zam-zam ...

Beberapa tahun Ibrahim berpisah dengan Siti Hajar beserta Ismail, Ibrahimpun dihinggapi rasa rindu, Ibrahimpun akhirnya mengazamkan diri mengunjungi mereka. Ternyata daerah tempat dimana Ibrahim dulu meninggalkan mereka sudah menjadi daerah yang ramai. Ditempat itulah Ibrahim mencurahkan kasih sayangnya kepada Ismail. Seperti yang kita ketahui, yang meninggikan bangunan ka’bah adalah mereka, Ibrahim dan Ismail.

Untuk menguji kecintaannya kepada Allah Ta’ala, Ibrahimpun diuji untuk yang kedua kalinya. Ibrahim bermimpi menyembelih putranya, Ismail. Dan inipun kemudian disampaikan kepada istri dan anaknya. Dan jawaban paling mengesankan yang keluar dari bibir Ismail “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."
Kesabaran dan ketaatan Ibrahim dan Ismail sudah terbuktikan, akhirnya Allah Ta’ala menggantinya dengan hewan sembelihan seekor domba yang besar. Peristiwa ini diabadikan dalam tiap tahun di hari raya haji, setiap muslim yang mampu dianjurkan berqurban.

Inilah bukti kecintaan Allah Ta’ala kepada hambanya, barang siapa yang sabar dan taat maka akan mendapatkan limpahan rahmat. Kecintaan dan pengorbanan yang dilakukan Ibrahim mendapatkan kemuliaan yang agung disisi Allah Ta’ala. Dan Ibrahimpun salah satu dari beberapa nabi yang mendapat julukan ulul azmi. Iapun menjadi bapaknya para nabi, dari Ibrahim lahirlah nabi-nabi setelahnya.

Selasa, Desember 26, 2006

Ingin Ku Segerakan

Dauroh pra Nikah memang bikin dada ini senantiasa bergejolak, berdetup tak teratur. Bukan salah materi atau pemberi materi, ini adalah kesalahan diri pribadi yang tak mampu mengatur nafas dalam tiap mendengarkan runtutan materi. Kekurang siapan telinga ini menjadikan hal yang didengar menjadi hal yang tabu untuk diperdengarkan, menjadikan yang didengar suatu hal yang bisa jadi belum saatnya. Namun bagaimanapun juga seiring dengan dewasanya diri kita suatu saat pasti akan melaluinya pula. Meskipun diri ini mencoba menolak, itu hanya menunda saat-saat giliran kita saja. Tidak bisa tidak, kitapun akan mengalami.

Sebuah persiapan hendaknya kita persiapkan sedini mungkin. Dengan mempersiapkan sedini mungkin maka suatu saat nanti bila waktu yang ditentukan telah tiba, kita akan mengalami kematangan. Baik kematangan secara keilmuan, spikologis, maupun kematangan secara materi. Tidak bisa kita pungkiri bahwa saat-saat terpenting dalam hidup kita akan banyak sekali membutuhkan persiapan, kesiapan diri kita maupun kesiapan dari orang tua kita. Dan sebaik-baik persiapan adalah persiapan dalam hal ma'nawi kita.

Janganlah terburu mengikuti keinginan hati, bisa jadi itu hanyalah keinginan sesaat saja. Cobalah tunda beberapa saat, apabila keinginan itu kian menggila, maka tak ada lain kecuali mengimplementasikan dalam kehidupan nyata secepatnya. janganlah ditunda-tunda.

Sabtu, Desember 23, 2006

Simbok, Namamu ...

Simbok ... Begitu saya akrab memanggil nama itu. Banyak orang yang terkesan aneh dengan panggilan saya tadi. Kenapa saya tidak memanggil dengan sebutan ibu, mama, umi, dan sebutan-sebutan yang lain. Entah mengapa. Sebenarnya saya juga ingin menyebut dengan panggilan panggilan tersebut, yang terkesan agak keren dan tidak ndesoni. Tapi ketika ingin memanggil dengan panggilan tersebut, yang keluar dari bibir ini tetap saja kata simbok ... simbok ... Sudah terbiasa panggilan tersebut saya ucapkan, mulai dari kecil, ya... hingga tidak tahu kapan pertama kali saya memanggil dengan nama itu.

Memang tidak cocok dengan panggilan saya kepada seorang ibu. Panggilan simbok terkesan bahwa ibu kita sudah terlihat sangat tua, tetapi mbok saya masih tergolong muda. Beliau baru melahirkan anak pertamanya beberapa tahun yang lalu, dan itu adalah saya sendiri. Ini yang terkadang tidak cocok dengan panggilan saya kepada seorang ibu.

Tapi tidak mengapa, apa salahnya dengan panggilan itu. Memang, memang kami orang ndeso, panggilan tersebut sangat wajar. Tapi banyak orang yang sekarang tidak pede dengan menyebut ibunya seperti itu, lebih pede dengan mama, mami, emak. Seolah olah hidup dilingkungan kota, bahkan ini malah yang bisa jadi terkesan ndesoni, karena wagu atau tidak cocok dengan ndesonya.

Apa arti sebuah sebutan, menurut saya semua panggilan sama saja, tidak ada bedanya, yang terpenting adalah rasa kasih sayang kita sebagai anak kepada seorang ibu. Disilah letak terpenting dari balasan kita kepada seorang ibu, dan seandainya mbok saya meminta saya untuk memanggil dengan sebutan umi, mama, ibu untuk lebih menyenangkan hatinya, maka tanpa ucapkata untuk menolaknya.

Kamis, Desember 21, 2006

Syahadat Cinta

Beberapa hari yang lalu, saya tertarik pada sebuah buku dengan judul "Syahadat Cinta". Akhirnya sayapun membelinya, lumayan ada diskon besar dalam membelinya, jadi saya tidak terlalu terbebankan. Ada suatu kisah yang menarik didalam buku tersebut. Kisah cinta seorang santri.


Bermula dari sebuah pertaubatan seorang anak manusia, yang sudah jemu dengan kehidupan yang linang materi. Mencoba mencari ilmu agama disebuah pesantren yang direkomendasikan oleh ibunda tercinta. Dipesantren selama 2 bulan tidak menimba ilmu malahan suruh menimba air. Akhrnya ia menghadap kiainya malahan suruh menimba air lagi selama 2 bulan pula. Pada suatu waktu dia bertemu dengan anak putri yang mengagetkannya dalam sebuah lamunan. Diapun akhirnya terlibat pertengkaran yang menjadikan putri tersebut menangis dan mengadukan perihal kepada abahnya. Abahnya adalah pemilik pesantern tersebut. Akhirnya diapun tidak berani pulang kepesantren.

Dalam pelarian, ia akhirnya menemukan ilmu yang dicarinya dari rumah keluarga miskin yang bekerja mengemis. Belajar wudhu, belajar sholat, belajar membaca alqur'an, dan belajar ilmu agama. Kalau tidak salah selama 18 hari, yah sekitar itu. Dan diapun harus masuk penjara karena difitnah sebagai teroris, dan bagaimanakah ia didalam penjara ? menjadi cahaya bagi sekitarnya.

setelah ditahan beberapa hari ia akhirnya bebas, dihari kebebasanya itu, seorang sahabat "priscilia" akhirnya masuk islam. Suatu yang menggembirakan.

Diapun akhirnya kembali kepesantren untuk mendalami ilmu agama dan salah satunya adalah meminta maaf kepada aisyah "putri pemilik pesantren". Disanalah kehidupan baru pesantren dimulai. Diapun menjadi seorang kakak bagi aisyah, begitu juga sebaliknya menjadikan aisyah sebagai seorang adik.

Pertemuan dengan jilbab biru "zaenab" dalam sebuah pertemuan santri putra dan putri menjadi awal cinta mereka. Dan dia "Iqbal" jatuh cinta kepada jilbab biru. Pada suatu ketika dalam rindu yang teramat sangat diapun memaksakan ke asrama putri yang terlarang bagi santri putra. Disana ia mengungkapkan cintanya kepada zaenab dengan menyerahkan syair-syair yang telah dibuatnya. pesan zaenab "kembalilah keka'bah, kembalilah kepada alqur'an dan mintalah ijin kiai sepun untuk menciumku. Tiba-tiba ada seorang gadis berlarian yang memanggil mas iqbal, jatuh tersungkur, dia adalah priscilia. Priscilia lari rumah karena mendapat siksaan dari keluargananya karena ia masuk islam.

Diapun akhirnya diusir dari pesantren setelah disidang pada hari jum'at itu. disebabkan karena perbedaan pendapat dengan pak kiai dan sahabat-sahabatnya. Diapun berpamitan kepada sabat sekamarnya dan pak kiai. Didalam kepergiannya iqbal diantar sama kiai sepuh den aisyah. Kiai sepuh pun menyuruhnya menikahi zaenab dan priscilia. Dan iqbal akan kembali lagi kepesantren tiga tahun lagi menggenapkan usia 25 tahun. Saat yang dinanti ...

Senin, Desember 18, 2006

Modal Meraih Cinta

Beberapa saat yang lalu, kami satu Geng disodori tiket Dauroh Pra Nikah. Kami sangat berbunga-bunga, disaat akhir-akhir ini kami memang sangat dekat dengan beliau. Setelah sekian lama bisa jadi membicarakan masalah hub ikhwan-akhwat saja menjadi masalah yang tabu, tapi saat ini kami terasa begitu dekat dengan beliau. Bercanda, saling mengintrik, berbicara yang menjurus, semua itu begitu saja bisa hadir ditengah-tengah kami.

Kami tidak bisa berangkat semua satu Geng penuh, maklum ada yang lagi ada tugas ke pekalongan ngadain FSLDKDA. Meskipun demikian kami nanti akan berbagi ilmu, pada malam hari setelah dauroh.

Kami begitu penasaran akan dauroh tersebut. Tiap ketemu dengan sesama ikhwah, ada saling celetuk. Besuk berangkatnya jantian samasama pake batik, saya dah pesen yang duduknya paling depan sebelah kiri. Ada aja mereka. Tapi nggak jadi masalah, yang penting adalah niatan hadir di dauroh tersebut. Tentu saja harus diorientasikan untuk mencari ilmu, bukan mencari yang lain.

Rabu, Desember 13, 2006

Sampai Ketemu Lagi, Akhi

Entah sudah berapa tahun kita bersama. Akhirnya kita berpisah juga. Engkau harus pulang kampung, atas permintaan orangtua yang telah membesarkanmu. Begitu banyak kenangan antara diriku dan dirimu.
Dirimu yang aku tahu, senantiasa rapi dalam berbagai hal, melangkah dengan pasti, penuh senyum keramahan, mudah berbaur dengan masyarakat, suka menjaga budaya nasehat, dan masih banyak lagi yang tidak bisa ku sebut dengan rinci.
Dirimu begitu istimewa dimanapun engkau berada. Dikampus, dimasyarakat, dikos, dimasjid, bahkan dijalanan sekalipun. Kepiawaianmu dalam berbicara sehingga menyembunyikan identitasmu sebagai orang betawi, karena banyak mengira dirimu orang jawa, yang dengan suka menegur dengan bahasa jawa. inggih ... saking pundi ... matur nuwun .... namanya sinten ...
Sungguh banyak sekali yang membuat diri ini senantiasa mengingat dirimu. Semoga kali ini bukan berpisah untuk selama-lamanya, suatu saat lagi semoga kita masih dipertemukan dijalan Allah ta'ala. Entah kapan.
Ketika engkau pulang kekampung halaman, engkau menjadi orang yang istimewa pula. Memutihkan banten dengan panji-panji-Nya, dengan kalimat-Nya yang agung, dengan manhaj-Nya yang sempurna.

Senin, Desember 11, 2006

Membagi Cinta

Orang yang dimabuk cinta tidak akan mempedulikan apa yang dilakukannya. Sebagaimana mabuk yang disebabkan oleh minuman, apapun yang diinginkan haruslah diwujudkan, apapun akibatnya. Tidak ingat, tidak berpikir panjang , yang pasti harus terlaksana.

Begitu pula orang yang dimabuk cinta, dia akan melakukan apa yang ada dalam benaknya. Semua tidak bisa menghalangi hasrat keinginannya. Maju terus pantang mundur.

Dalam hal cinta seringkali terjadi, cinta yang mendua. Manusia tidak bisa mengingkari bahwa dalam hatinya sering kali timbul getar-getar cinta. Sebagaimana para wanita-wanita ketika melihat ketampanan yusuf, mereka tidak sadar telah menggores jari-jari mereka dengan pisau. Sebuah perasaan yang wajar.

Tapi yang menjadi pertanyaan adalah haruskah cinta itu kita bagi kepada beberapa orang ? ini yang masih menjadi polemik. Tidak akan bisa adil dalam membagi cinta, adil dalam membagi waktu, harta, dan pengorbanan mungkin bisa dilakukan. Tapi dalam membagi cinta, ....?

Perlu diingat bahwa totalitas cinta kita sebagai hamba kepada Robb tidak perlu dibagi. Apabila dibagi, maka kita telah menduakanya, alisan bersekutu dengan yang lain yang akan berakibat kemurkaan-Nya. Ini yang menjadi pegangan. Jangan pernah membagi cinta kita kepada-Nya dengan yang lain. Baik itu kepada sesama manusia, maupun kepada harta benda didunia.

Sabtu, Desember 09, 2006

Mukhoyam

" Tiarap ... !!! Semuanya tiarap, Kepalanya menyentuh tanah " Teriak Instruktur. Entah yang mana instrukturnya semua teriak. "Sekarang merayap, sampai ujung lapangan. Cepat." "Salah sendiri bawa barang banyak-banyak, diisi makanan ya..!! perut saja yang dipikirin ." Tambah instruktur. merayap, berguling, roll, semua kita lakukan. Sampai muntah-muntah. Sampai ada yang pingsan. Kalau belum pingsan berarti masih kuat.

Baru beberapa jam tiba ditempat, rasanya sudah berhari-hari. Ada beberapa diantara kami yang mundur dari barisan, pulang. Semuanya kami lakukan sebagai i'dad kami, meskipun tanah lapang dengan rerumputan hijau penuh dengan telepong sapi, kami rela melakukannya. Ini belum seberapa dibandingkan dengan perjuangan saudara-saudara kita di palestin, afghan, irak, dan negeri muslim lainnya.

Selama tiga hari kami lalui i'dad ini dengan suka ria. hanya diawal saja yang terasa sangat berat bagi kami, selanjutnya terasa begitu menyenangkan. Kami diajari survival, bagaimana bisa bertahan hidup meski tanpa ada bekal makanan. Outbond, dari merayap ditali, menuruni bukit dengan merayap, sampai turun menggunakan tali, semua begitu menyenangkan.

Hari terakhir, kami mendaki puncak gunung lawu dengan ketinggian 3260 km dpl. Kami awali langkah kami pada waktu malam, kira-kira jam 22.30 WIB. Sampai puncak jam 05.30 WIB, meski kami sempat istirahat dipos 4 selama 1 jam. Karena masih terlalu pagi sampainya, jadi belum diperbolehkan.

ujian terakhir dengan berenang. Banyak diantara kami yang tidak bisa berenang, yang terpenting adalah berani masuk kedalam air, setelah itu help...help...

Sungguh kenangan yang tak bisa terlupakan. Semangatnya, kekompakannya, laparnya, penderitaannya, ruhiyyahnya, kekuatannya, pengorbanannya, semua ada disini. Manhaj yang tidak bisa digantikan dengan yang lain. Allahuakbar...!!!

Senin, November 27, 2006

Panah Asmara Aktifis Dakwah

Ketika interaksi ikhwan - akhwat semakin cair, maka getar-getar cinta kian bertubi-tubi meluncurkan panah asmaranya. Tidak bisa dihindarkan, ketika panah tadi sudah menancap dalam dada ikhwan - akhwat. Api asmarapun kian merebak seantero aktivis dakwah. Kita memahami betul, bahwa aktifis dakwah juga manuasia. Mereka punya nafsu, dan sangat manusiawi ketika dari kalangan aktifis dakwah saling menjatuhkan cintanya.
Perlu ada etika ketika para aktifis dakwah sedang disibukkan dengan aktifitas panah memanah. yaitu dari sisi syariat. Prinsip adalah prinsip, tidak bisa ditawar. Jangan bermain secara sembunyi layaknya para pemuda jahiliyah. Jangan pernah berbohong, karena dengan satu kebohongan akan menyusul kebohongan yang lain. Jangan pernah berduaan, karena bisa jadi dengan berduaan bisa muncul yang ketiga - meskipun selang 9 bulan 10 hari. Tetaplah dalam koridor syar'i.
Mintalah nasehat dari orang yang kita anggap sebagai guru kita, dengarkan setiap petuah yang keluar dari lidahnya yang hanif. Ikuti nasehatnya, bisa jadi beliau pernah menemui kasus yang sama, dari dirinya ataukah dari teman seperjuangan pada masa beliau. Sampaikan secara terus terang tanpa ada yang disembunyikan.
Tiap jaman akan ada kasus panah-panah asmara. Orang yang mampu bertahan tetap dalam koridor akan mempunyai nilai keberhasilan. Orang yang tidak mampu melawan gejolak syahwat, akan mundur dari peredaran dakwah. Apabila anda - yang membaca - telah terlancur mundur dari dakwah, segeralah hubungi murobbi.

Kamis, November 09, 2006

SMS Cinta

Semakin berkembangnya teknologi, maka orang sudah tidak asing lagi atau gagap dalam penggunaannya. Banyak hal yang dapat kita lakukan dengan teknologi tersebut. Kita akan mampu bercakap dengan seseorang meskipun jarak yang berjauhan. kita dapat mengirim surat atau tulisan hanya membutuhkan beberapa menit saja. Semua serba bisa dan serba cepat.
Acapkali penggunaan teknologi ini juga untuk kepentingan "cinta". mulai dari berkenalan, iseng, sampai melepas rindu. Semua bisa dilakukan. Banyak orang menggunakan teknologi untuk mengirim SMS, terutama dalam masalah cinta. Maka sering kita sebut dengan SMS cinta. Tiap SMS yang dikirim maka akan langsung mendapatkan jawabannya dengan segera. Berbeda dengan Surat via pos, kita akan menunggu berminggu-mingu untuk sekedar mendapatkan balasannya.
Yang perlu mendapat perhatian adalah penggunaan media itu, jangan sampai malah membuat kita terlena. Dan kita terbuai dibuatnya. Maka harus ada pembatasan dari dalam diri kita. Selama masih bisa dipertanggungjawabkan, bagi saya itu boleh boleh saja.

Sabtu, November 04, 2006

Syawal dengan Cinta

Ramadhan telah berlalu, sekarang (saat penulis membuat tulisan) adalah bulan syawal. Aktifitas Ramadhan masih membekas dalam setiap aktifitas kita. Puasanya, tilawahnya, sholat malamnya, dan tidak lupa menebar cintanya. jangan sampai amal yang kita lakukan dibulan Ramadhan, setelah ramadhan selesai amalan tersebut kita tinggalkan dan kita lupakan. Sungguh jahatnya kita. Tapi sebagai ungkapan cinta kita terhadap ramadhan, maka kita hendaknya menghadirkan nuansa ramadhan tersebut di bulan-bulan yang bukan Ramadhan.
Sebagai ungkapan cinta kita pada bulan Ramadhan, kita jadikan syawal ini (salah satunya) sebagai bulan cinta juga. Karena apa, seperti yang saya bilang tadi jangan memcampakkan amal Ramadhan setelah bulan Ramadhan usai.
Saya kira sudah cukup jelas kenapa kita menghidupkan bulan-bulan lain seperti halnya bulan Ramadhan. tidak lain dan tidak bukan karena kecintaan kita terhadap bulan Ramadhan itu, agar kita juga di cintai Allah ta'ala juga. Keren bok.... jadi anak sholeh.

Jumat, November 03, 2006

Kesalahan yang kian terulang

Entah sudah berapa kali ku mengulang kesalahan yang sama untuk kesekian kalinya. Kesalahan yang kian lama kian meledak, seperti meledaknya bom atom di hirosima dan nagasaki. Dan korban utamanya tidak lain dan tidak bukan adalah aku sendiri. Sangat ironis memang, kesalahan yang seharusnya bisa menjadi pelajaran tidak juga menjadikan ilmu untuk perbaikan, malahan menjadikannya sebagai pengalaman yang kian lama semakin piawai untuk melakukannya lagi.

Sudah matikah hati ini hingga hati ini tidak mampu merasakan bahwa kesalahan yang telah terjadi untuk kesekian kali itu suatu kesalahan yang besar. Suatu kesalahan yang hanya mampu diampuni dengan taubat nashuha. Suatu kesalahan yang hanya membawa kepada kehinaan diri. Suatu kesalahan yang hanya menghantarkan kepada kerendahan nurani.

Semuanya mengalir begitu saja, seperti mengalirnya magma merapi yang siap membakar semua yang dilaluinya tanpa belas kasihan. Semuanya terasa ringan seperti kabut asap yang beterbangan tanpa dosa yang membuat banyak manusia sesak nafas. Kesalahan itu terasa ringan, ringan, dan ringan.

Orang yang membuat kesalahan yang kesekian kalinya termasuk orang yang tidak bisa mengambil pelajaran dari peristiwa itu. Sebaik-baik manusia adalah dia yang mampu meramu tiap apa yang dialaminya menjadi suatu yang bermanfaat untuk orang disekitar, baik peristiwa buruk maupun peristiwa baik kita.

Aku harus banyak-banyak berguru pada alam, yang banyak memberikan pelajaran akan akibat ulah tangan dan kejahilan manusia. Sudah saatnya aku harus menata hidup ini menjadi lebih teratur, tertib, dan rapi. Sudah saatnya.

AKU, ADA APANYA

Inilah Aku

Banyak orang yang beranggapan bahwa aku adalah orang yang senantiasa ceria, murah senyum, tanpa masalah, dan orang yang pinter bikin banyolan. Itulah aku, menurut pandangan orang. Sebenarnya tidak sesederhana itu, aku sendiri juga tidak terlalu memahami tentang diriku. Semua ini bermula ketika aku mulai beranjak kuliah. Dulu yang aku tahu, diriku itu pendiam, tidak suka bercanda, amat serius, suka main kerumah temen, dan masih banyak lagi.

Tidak ada yang begitu memahami diriku selain aku sendiri. Semua yang ada padaku – menurut persepsi temen – bisa jadi untuk menutupi segala kekurangan yang ada pada diriku. Aku bukan orang istimewa, aku adalah orang yang biasa-biasa saja. Dan inilah yang aku inginkan, menjadi orang yang biasa. Biasa ngaji, biasa dakwah, biasa silaturahmi, biasa menasehati, biasa menyebarkan salam, biasa menolong orang, dan biasa yang lain-lainnya. Semoga . . .

Awalku mengenal Tarbiyah

Seperti yang aku ungkapkan diatas, memang bermula dari kampus. Aku mengenal tarbiyah ini di kampus. Mulai dari kajian kos-kosan, ikut KAMMI, ikut UKI. Semua bermula dari situ. Materi pertama darussabab (Peranan pemuda) disebuah ruang tamu empat kali empat bersama beberapa orang yang baru masuk kos. Memang awalnya tidak tahu, yang aku tahu hanya kajian rutin dalam pembinaan generasi muda, aku ikuti terus, dan akupun enjoy disitu.

Aktivis Dakwah

Banyak orang yang mengklaim mahasiswa yang berkecimpung di organisasi dengan asas islam dan menyebarkan nilai-nilai islam sebagai aktivis dakwah. Maka akupun terklaim juga sebagai aktivis dakwah. Karena aku masuk dalam organisasi itu. Dan disini adalah karir dakwah kampusku dimulai.
Banyak kenangan yang bisa aku dapatkan disana, bersama saudara seiman mengarungi perjalanan dengan bendera islam. Sungguh sangat luar biasa kenangan itu. Bikin kegiatan, nyari donatur, bikin usaha, bermanis-manis sama mahasiswa baru, nyari base camp, dan seterusnya.

Dari dauroh satu ke dauroh yang lain. semua punya tujuan yang sama, agar islam tegak kembali dimuka bumi ini. Akupun ikut mengalir bersama derasnya arus dakwah kampus. Baik organisasi internal maupun eksternal kampus.

Disini aku mulai belajar mengenal diriku dan lingkunganku. Memang semua terasa mengalir begitu saja, hingga sampai saat ini, terasa, entah ada sesuatu yang belum sempurna dalam setiap amanah itu. Masih banyak yang seharusnya kudapatkan, belum aku dapatkan. Dan semua sudah berlalu, tinggal kenangan. Dan semoga sedikit pelajaran tentang dakwah kampus itu, menjadi bekal buatku mewarnai keluarga dan masyarakat disekitar rumahku kelak.

Mimpi – mimpiku

Mimpi hari ini adalah kenyataan hari esuk, begitu kata-kata indah yang sering terdengar dalam telingaku. Sebuah ungkapan yang menurutku mengisaratkan bahwa manusia hendaklah mempunyai harapan, cita-cita, dan keinginan. Dan itu semua haruslah dimunculkan sedini mungkin. Dan yang pasti harus optimis akan terealisasikannya harapan, cita-cita, serta keinginan tersebut. Sudah barang tentu dengan usaha untuk mewujudkannya serta diiringan dengan do’a.

Ada beberapa mimpi yang hendaknya aku tuangkan didalam tulisan ini. Setiap orang pasti punya mimpi yang berbeda-beda, kalaupun ada keinginan maupun kejadian yang sama dengan orang lain, itu adalah sebuah kebetulan semata. Bukan bermaksud menyamakan keinginan, harapan, cita-cita, bisa jadi memang sudah punya keinginan, harapan serta cita-cita yang sama.

1. Membangun kerajaan kecil
Banyak orang mengatakan bahwa kampus merupakan miniatur suatu negara. Dikampus kita dilatih untuk bergaul dengan berbagai bentuk, macam, sifat manusia, yang mempunyai berbagai kekhasan yang berbeda beda. Dan kita dituntut untuk menghadapi itu semua. Seiring dengan berjalannya waktu, maka mau tidak mau batas kita untuk berlatih disana sudah habis, masih banyak yang sudah ngantri ingin berlatih juga. Dan kita sudah dianggap siap untuk mandiri. Sudah siap untuk menghadapi kehidupan diluar kampus.

Sudah saatnya memimpin kerajaan sendiri. Disana kita bisa mengatur sesuka hati, tunjuk sana tunjuk sini, panggil sana panggil sini. Kerajaan kecil yang bisa jadi tanpa bekal sama sekali. Tapi setidaknya kita sudah mempunyai kerajaan sendiri. Disana akan ada permaisuri yang akan senantiasa mendampingi dalam mengatur kerajaan kecil tersebut. Ya . . permaisuri. Punya peranan yang sangat penting untuk mensukseskan tegak berdirinya kerajaan itu. Dari rahim permaisuri akan lahir jundi-jundi yang akan siap menggantikan diri ini yang sudah uzur, sudah tidak produktif lagi, sudah tidak mampu untuk mengatasi kemauan rakyatnya. Harus ada regenerasi.

2. Back to masjid kampung
Sudah menjadi kepastian dalam kehidupan bermasyarakat, bila ingin dekat dengan umat maka mendekatlah kemasjid. Bagaimana mungkin kita akan menyerukan islam agar dihunjamkan dalam dada umat sementara kita tidak pernah kemasjid. Sungguh hal yang mustahil. Karena dimulai dari masjid itu kita bisa melakukan perbaikan yang ada dalam diri umat – kalau ada yang perlu diperbaiki.

Seperti yang pernah dilakukan Rasulullah, sewaktu tiba dimadinah, langkah awal yang beliau lakukan adalah mendirikan masjid, yang digunakan sebagai pusat kegiatan dalam mensyiarkan islam. Begitu juga masjid yang ada disamping rumah kita, punya peluang yang sama seperti apa yang dilakukan oleh Rasulullah.

3. Jadi da’i sebelum yang lain
Pada suatu saat murobbiku dalam menyampaikan materi pernah mengatakan, ”jadilah da’i sebelum menjadi yang lain”. Disana dijelaaskan bahwa setiap aktifitas kita adalah sebagai da’i, apapun pekerjaan kita. Menjadikan aktifitas seorang da’i lebih utama dan pertama. Sebagi da’i yang menjadi guru, da’i yang menjadi pengusaha, da’i yang menjadi dokter. Bukan sebaliknya, guru yang menjadi da’i dan seterusnya. Kalau seperti itu yang kita lakukan maka aktifitas dakwah hanyalah menjadi aktifitas sisa, aktifitas dakwah hanya menjadi pengisi waktu luang saja. Kalau sempat dakwah, kalau nggak sempat, nanti saja.

Setiap orang pasti mempunyai mimpi masing-masing. Dan inilah mimpiku, harapanku, cita-citaku serta keinginanku. Entah akan terealisasi kapan. Semoga Allah Ta’ala segera merealisasikan apa yang aku mimpikan. Dan aku yakin suatu saat nanti semua ini akan menjadi kenyataan. Suatu saat nanti . . . Selama Allah tidak menarik kenikmatan terbesar dalam diri ini, yang berupa kenikmatan iman dan kenikmatan islam.
Wallahu a’lam bish-shawab. []

Tulisan ini dibuat sebagai prasyarat mengikuti Dauroh Tarqiyah pada 21 Ramadhan 1427 H.

* * * * *

Rabu, November 01, 2006

Suatu Saat Nanti

Tak terasa kebersamaan kita hanya sebentar, begitu cepat berlalu. Entah kapan lagi kita akan berjumpa lagi. Semoga saja Allah Ta’ala masih memberi kita kesempatan untuk bisa berjumpa di lain waktu. Waktu dimana kita bisa menghabiskan hari-hari kita tanpa ada beban untuk bercanda, tertawa, bahagia, dan mengobati rasa kangen kita setelah sekian lama.

Dalam waktu yang lama itu kita persiapkan perbekalan kita, dengan bekal yang lebih besar dari bekal-bekal sebelumnya. Bekal yang harus kita persiapkan dalam pertemuan kita nanti agar mampu menjadikan pertemuan kita bisa menggentarkan alam ini. Dengan berbekal ilmu, kita akan menjadi pendekar yang sangat disegani diseluruh jagad raya.

Butuh keseriusan dalam kita mencari bekal. Tanpa keseriusan, maka bekal yang seharusnya sudah kita dapatkan tidak berhasil kita raih. Dan ini akan menjadikan pertemuan nanti akan sia-sia, karena segala mimpi yang sudah terekam dalam kepala kita tidak bisa kita wujudkan.

Berbekallah dengan bekal banyak dan berkualitas, agar kita mampu menguasai jagad raya ini. Berbekallah dengan bekal ruhiyah. Berbekallah dengan bekal jasadiyah. Berbekallah dengan bekal fikriyah.

Semoga dalam pertemuan kita nanti, kita mampu mewujudkan semua mimpi, harapan, dan cita-cita. Amin . . . .

SENDIRI SEJENAK

Kesendirian, mencoba berhenti sejenak dengan dari apa yang kita tekuni, kita sukai, bahkan sangat kita cintai. Dengan kesendirian kita mencoba merefresh agar apa yang kita tekuni, kita sukai dan kita cintai. Mencoba menghadirkan kembali kenangan masa silam sebagai ruh kekuatan untuk bekal esok hari. Mengevaluasi segala yang pernah terjadi, agar suatu saat nanti tidak berulang untuk yang kedua kali, kalau itu berupa kegagalan. Kalaupun berupa keberhasilan, dapat menjadi peluang yang senantiasa mampu kita kembangkan.


Kesendirian, bukan berarti lari dari kenyataan. Melainkan upaya untuk menyusun sebuah strategi baru, agar kita tidak jemu dengan apa yang kita lakukan. Kita semakin lama dituntut untuk senantiasa mengadakan kreatifitas-kreatifitas, yang dengan kreatifitas itu akan mampu membuat otak kita berkembang tidak mengalami kemandekan dalam berkarya.

Kesendirian, bisa jadi mampu membuat kita berfikir lebih matang, lebih dewasa, dan lebih bijak. Keputusan yang kita ambil bukan atas dasar nafsu, melainkan berasal dari sebuah perenungan yang mendalam dalam kesendirian kita. Keputusan yang tidak atas dasar keserakahan dunia.

Kesendirian, seperti yang dilakukan Rasulullah di gua hira. Hingga mampu membawa jiwa sangat peka terhadap lingkungan sekitar, lingkungan yang hampir diambang kehancuran. Yang dengan kesendirian itu Rasulullah didatangi malaikat untuk yang kali pertama yang menyeru ‘Iqra’.

Disinilah kita berusaha menjadi manusia yang mampu berfikir jernih, dewasa, dan matang. Semoga dengan kesendirian kita mampu menghadirkan potensi-potensi yang selama ini belum bermunculan dalam diri kita.

Selasa, Oktober 10, 2006

Getar-getar Cinta

Sebuah sifat yang manusiawi. Ketika berdekatan dengan orang diluar kamunitas kita (akhwat) maka akan timbul getar-getar yang berbeda, getar-getar cinta. Sifat yang wajar menurut saya. Para ikhwan, saya kira mempunyai sifat yang sama seperti saya. Hanya saja siapa yang tahu dibalik hati seseorang. Hanya dirinya dan Allah ta'ala-lah yang tahu.

Seorang wanita diciptakan sebagai penentram hati. apa jadinya ketika seorang lak-laki jauh dari sang penentram hati. Sudah dapat ditebak bahwa akan terjadi kegelisahan hati. Meskipun hanya sedikit orang yang mampu menahan gejolak hati, hanya sedikit, tapi tetap saja ada yang masih mampu menahan gatar yang hebat ini. Saya kira hanya orang yang mempunyai kecintaan kepada Allah yang sangat sangat luar biasalah yang mampu menahan gejolak nafsu duniawi didalam tiap kesendirian. Bisa jadi, sekali waktu iapun akan merindukan gejolak cinta duniawi. ini adalah fitrah duniawi.

Hanya saja, yang menjadi permasalahan adalah sejauh mana kita mengatur ritme getaran cinta yang menghujam dalam dada ini. Bagai mana kita mensinergikannya dengan semua aktifitas yang senantiasa kita jalani. Perlu ada kontrol yang jelas, agar semua bisa berjalan beriringan. Tanpa itu semua, maka kita akan mudah terombang ambing oleh getaran cinta, kita akan terlimbas oleh nafsu duniawi.

Penguatan ma'nawi menjadi suatu yang sangat penting guna mengendalikan nafsu duniawi, perlu ada proporsi yang lebih besar, agar semua dapat terkendali. Ma'nawi yang kuat akan dapat menjernihkan hati dari berbagai getaran liar, getaran yang bisa menjauhkan kita dari sang pembuat cinta. Sudah saatnya mengevaluasi diri, sudah saatnya membuat perencanaan yang jelas, dan sudah saatnya untuk menyalurkan getara-getar cinta sesuai dengan fitrahnya.
Jangan hanya berhayal, tapi perlu ada realisasi. Sebuah langkah nyata, sebuah usaha untuk membuat jalan baru bagi mengalirnya getaran cinta.
Sudah saatnya . . . .


Minggu, Oktober 08, 2006

Jangan Pernah Kecewa

Sebuah sifat yang manusiawi. Ketika berdekatan dengan orang diluar kamunitas kita (akhwat) maka akan timbul getar-getar yang berbeda, getar-getar cinta. Sifat yang wajar menurut saya. Para ikhwan, saya kira mempunyai sifat yang sama seperti saya. Hanya saja siapa yang tahu dibalik hati seseorang. Hanya dirinya dan Allah ta'ala-lah yang tahu.

Seorang wanita diciptakan sebagai penentram hati. apa jadinya ketika seorang lak-laki jauh dari sang penentram hati. Sudah dapat ditebak bahwa akan terjadi kegelisahan hati. Meskipun hanya sedikit orang yang mampu menahan gejolak hati, hanya sedikit, tapi tetap saja ada yang masih mampu menahan gatar yang hebat ini. Saya kira hanya orang yang mempunyai kecintaan kepada Allah yang sangat sangat luar biasalah yang mampu menahan gejolak nafsu duniawi didalam tiap kesendirian. Bisa jadi, sekali waktu iapun akan merindukan gejolak cinta duniawi. ini adalah fitrah duniawi.

Hanya saja, yang menjadi permasalahan adalah sejauh mana kita mengatur ritme getaran cinta yang menghujam dalam dada ini. Bagai mana kita mensinergikannya dengan semua aktifitas yang senantiasa kita jalani. Perlu ada kontrol yang jelas, agar semua bisa berjalan beriringan. Tanpa itu semua, maka kita akan mudah terombang ambing oleh getaran cinta, kita akan terlimbas oleh nafsu duniawi.

Penguatan ma'nawi menjadi suatu yang sangat penting guna mengendalikan nafsu duniawi, perlu ada proporsi yang lebih besar, agar semua dapat terkendali. Ma'nawi yang kuat akan dapat menjernihkan hati dari berbagai getaran liar, getaran yang bisa menjauhkan kita dari sang pembuat cinta. Sudah saatnya mengevaluasi diri, sudah saatnya membuat perencanaan yang jelas, dan sudah saatnya untuk menyalurkan getara-getar cinta sesuai dengan fitrahnya.
Jangan hanya berhayal, tapi perlu ada realisasi. Sebuah langkah nyata, sebuah usaha untuk membuat jalan baru bagi mengalirnya getaran cinta.
Sudah saatnya . . . .



Ramadhan Bulan Cinta

Ramadhan adalah bulan pembuktian cinta. pada setiap ruang dan waktu yang berpuluh-puluh berlipat nilai. ketundukan adalah cinta, kebajikan adalah cinta, derma adalah cinta, dan menata jiwa lebih dewasa adalah cinta. ramadhan, saatnya memberi makna istimewa pada cinta.
(M. Anis Matta)

Senin, Oktober 02, 2006

Tak ada kata dusta

Dusta memang menyakitkan. Apalagi ketika dilakukan oleh orang yang sangat dicintai, orang yang sangat disayangi, dan orang yang paling dikasihi. Dusta berarti penghianatan atas cinta. Apabila sudah ada dusta diantara para pemabuk cinta, maka pudar sudah saling percaya diantaranya.

Jangan sekali-kali berdusta, bisa jadi akan menyusul pula setelah itu kedustaan-kedustaan yang lain. Sehingga tidak mampulah kita untuk meredam atas semua dusta. Perlu ada komunikasi, jangan ada saling sembunyi.

Mencoba membuka diri bukan berarti harus melanggar syar'i. Membuka diri untuk menatap masa depan wujudkan mimpi. Jangan hiasi dengan nafsu duniawi yang hanya akan menjerumuskan diri. Sudah saatnya berbagi.

Rabu, September 27, 2006

Rindu kekasih

Jatuh cinta memang sering membuat orang gila. Seperti laila dan majnun. hingga matipun masih dibuat gila oleh cinta. Sungguh tragis nasibnya. Cinta tak kesampaian.
Mahabbah atau cinta memang terasa begitu nikmatnya. apabila apa yang diinginkan terlaksana. namun apabila kekasih hatinya tak kunjung bertemu juga maka hati bisa terbakar api asmara.
Rindu akan seorang kekasih bisa membuat hati senantiasa menderita. mau makan senantiasa ingat dengan dia, mau tidur senantiasa memikirkannya, mau apapun teringat selalu sama dia.
Cinta hakiki memang bukan untuk manusia. cinta hakiki hanya untuk Robb-Nya. Apabila ingain berjumpa dengan-Nya, maka tinggal air wudhu kemudian berkhalwat dengan-Nya. Tanpa ada yang menghalangi apalagi bersaing memperebutkan cinta-Nya. karena semua boleh memiliki-Nya.
Rindu pun dapat langsung terobati. tanpa harus menderita. Siang, malam, kapanpun boleh menjumpai-Nya. Lewat rokaat-rokaat yang kita dirikan.

Selasa, September 26, 2006

Cinta Pertama

Cinta, sesuatu yang tak tampak oleh mata namun dapat dirasakan. Aku mencoba mengingat getar-getar cinta yang pernah menggelora dalam hatiku. Sedah lama sekali, hingga kapan pertama ku jatuh cinta. Sekitar usia 13 tahun kalau tidak salah. Cinta kepada seorang gadis. Kata orang cinta monyet, aku tidak peduli kata orang. Yang pasti aku peduli bahwa aku pernah jatuh cinta.


Memang awalnya biasa-biasa saja. Karena terlalu jumpa hingga membuat hatiku bergelora. Ada sesuatu yang lain ketika bertemu, ada sesuatu yang kurang ketika belum melihat, ada sesuatu yang janggal ketika belum tersenyum padanya. Hingga kutuangkan perasaan cinta itu dalam sebuah goresan buku tulis. Hingga kupuas ketika kulukis namanya, sekedar melukis nama. Karena aku tidak pandai melukis wajah. Dalam buku itu tergores namaku dan namanya. Sungguh lega rasanya bisa menulis nama kami berdua.

Aku tidak pernah mengungkapkan perasaan cinta pada dirinya, begitupun dia mengungkapkan cintanya pada diriku. Semua mengalir begitu saja tanpa ada kata cinta. Semua tercermin dalam setiap tatap dan senyuman. Bahkan tanpa surat cinta.

Masa kecil memang masa yang menyenangkan. Semua berjalan terasa tanpa beban dan tanpa dosa. Memang semuanya berjalan sesuai dengan apa adanya, tanpa ada rekayasa.

Minggu, September 24, 2006

Hari Pertama Ramadhan

Sudah tiba saatnya bulan yang sangat dirindukan datang. Bulan peningkatan kapasitas ruhiyah, bulan dimana aktifitas kemaksiatan ditekan sampai tidak berkutik lagi.

Alangkah lebih baiknya kalau punya hutang ke saudara kita lunasi terlebih dahulu, biar menjadikan puasa penuh berkah. Seorang syuhada saja akan terhambat masuk surganya ketika masih didunia masih punya tanggungan hutang. Mempercepat membayar hutang sangat-sangat dianjurkan. Meminta maaf kepada sesama, manusiakan tempatnya lupa dan dosa. Dosa yang melibatkan seseorang maka kita selesaikan dahulu. Meminta maaf tidak hanya nanti menunggu lebaran saja, tetapi sebelum memasuki bulan ramadhan juga perlu dilakukan, bahkan tiap ada kesempatan salah maka langsung meminta maaf.

Sebelum ramadhan tiba, tepatnya malam satu ramadhan aku menyempatkan diri meminta maaf lewat telpon. Maklum kalau malam pulsa bisa diminimalisir. Atas segala kekhilafan yang saya perbuat atas dirinya, yang bahkan memang sampai kelewat sangat batas. Aku ungkapkan semua, mengambil ibrohnya, dan dikemudian hari tidak akan terulang untuk yang kesekian kali. Azzam yang kuat memang jadi prasarat. Setan senantiasa mencari celah dalam setiap kesempatan. Harus ada perubahan. Harus peningkatan. Harus ada kemauan yang kuat. Dan harus ada harus ada yang lainnya.

Aku termenung mengingat masa lalu yang begitu jahilnya. Meskipun terlihat sholeh, namun aku sendiri tidak layak untuk disebut sholeh. Segala ucapan dan pesasaan hati senantiasa bertolak belakang dengan perbuatan. Sungguh hina. Aku malu pada Tuhan ku, menjadi hamba yang tidak pandai bersyukur, tidak pandai mengikuti aturan yang telah disampaikan-Nya dibumi ini. Kenapa tidak dari dahulu aku sadar. Kenapa baru-baru ini saja. Dan sampai bertahan berapa lama kesadaran ini akan sampai bertahan. Yaa Allah ujian yang Engkau sampaikan kepadaku begitu sulit aku hadapi. Begitu sulit. Mudahkan langkahku untuk hadapi hari-hari esuk dengan lebih baik, bukan menjadi orang yang sangat merugi.

Sudah saatnya kuperbaiki segala amal untuk menjaga stabilitas ruhiyah. Apaun aktifitasnya, harus aku buat target pencapaian harian, dan kulaksanakan sampai target amal tercapai.


Sabtu, September 23, 2006

Amal Naumi

Entah sudah berapa lama hidup ini aku gunakan untuk tidur. Tidur memang membuatku melupakan segala permasalahan, segala beban, dan segala-galanya. Biasanya orang kalau punya masalah susah sekali untuk tidur. Berbeda dengan aku, ada masalah pun bisa tidur. Kebanyakan tidur memang membuatku malas untuk berfikir, malas untuk melakukan sesuatu, dan malas untuk bangun.
Semua ini adalah efek samping tidur. Tidur memang bisa membuat kecanduan, sebagaimana kecanduan akan merokok. Perlu ada managemen tentang tidur. Karena dengan tidak adanya managemen tidur, maka tidur bisa membuat tidak teratur. Habis sholat subuh tidur, bangun jam delapan. Habis sholat dhuhur tidur, bangun sampai 'asar. Jam 22.00 tidur sampai menjelang sholat subuh. Sungguh banyak sekali waktu untuk tidur.
Katanya orang yang sukses sangat sedikit waktu yang digunakan untuk tidur. Tiap waktu adalah peluang untuk mencapai kesuksesan. Kalau tidak bisa memanfaatkan peluang itu maka kesuksesan akan datang dengan terlambat.

Satu Hati Untuk Cinta

Cinta. Siapa yang tidak pernah merasakan manisnya cinta. Kita kadang miris melihat orang yang sering mempermainkan cinta. Sangat sering dan mudah sekali mengucapkan cinta, lantas begitu saja berpaling melupakannya, berganti dengan yang lain.


Jangan sekali-kali mengucapkan cinta, sebelum tau betul hati ini mengiyakannya. Hati yang bersih mampu menentukan pilihan yang tepat. Bersihkan hati dengan banyak mengingat pada Illahi.

Satu hati saja biar cinta bersemi laksana bunga. Jangan rusak ia dengan rumput-rumput liar. Pupuk ia dengan pupuk kasih sayang. Semoga cinta mekar seindah bunga-bunga disurga.

Jumat, September 22, 2006

Kegelisahan

Seringkali yang namanya manusia merasakan kegelisahan-kegelisahan. Kegelisahan itu muncul ketika pikiran senantiasa kita paksakan terus-menerus tentang satu permasalahan. Dan kita pun sangat menikmati akan apa yang kita gelisahkan itu.

Bukan suatu masalah ketika kegelisahan itu muncul dalam diri kita. malah yang menjadi masalah ketika kita tidak pernah merasakan gelisah. Bisa jadi hati kita sudah tidak peka terhadap suatu masalah, keadaan disekitar kita.

Kegelisahan yang terjadi dalam diri kita bisa memacu untuk melakukan suatu tindakan, action. Karena, kalau tidak melakukan action, maka kegelisahan tersebut akan senantiasa bersarang dalam pikiran kita. menambah beban yang berkepanjangan.

pernah saya mengungkapkan kegelisahan kepada seorang temen, temen yang saya kira mampu untuk membantu menemukan solusi. Tapi apa daya, solusi pun tidak kunjung datang. Jangan dikatakan tidak ada hasilnya ya. Setidaknya dengan mengungkapkan kegelisan tersebut, saya sudah menemukan satu langkah solusi.

Seringkali orang frustasi menghadapi kegelisahan dalam hidupnya. Coba sampaikan kegelisahan yang menghujam dalam pikiran kepada siapa saja, terutama kita ungkapkan kepada Sang Pencipta kita. Allah Ta'ala.

Kurindu Pulang

Baru beberapa pekan yang lalu aku pulang. Tapi kok sudah ingin pulang lagi yaa. Mungkin sudah kangen lagi ya sama sidoi. siapa hayooo....

Lebaran nanti pasti pulang. kayaknya sih pulang lebih awal sekita tanggal 17 Okt, habis tanggal 18nya sih harus pajak motor sih. Takutnya nanti kalau telat mbayar pegawainya keburu libur. Nunggu habis lebaran dong pajaknya.

I'tikaf di rumah kali yaa.. kayaknya nggak mungkin bisa. Kalau sudah sampai dirumah pinginnya main terus. Biasa kerumah temen. Semoga saja dirumah ada yang I'tikaf, jadi ada yang beri semangat. kalau di Purwokerto sih banyak yang i'tikaf, pulangnya pada sehari sebelum sholat 'ied. dulu sih juga pernah pulang di hari-hari terakhir, dikiranya malah nggak pulang. untung saja sampai dirumah, kalau sopir bus nya libur...bisa gawatkan. nggak bisa pulang.

Dari Ibnu Affan el-Jawas

Salam . . .
Puji syukur hanya untuk allah. Saya bisa diperkenankan membuat blog ini. sebagai media buat kreatifitas. dan sebagai teman buat mencurahkan segala yang ada di dada. semoga bermanfaat untuk saya, anda, dan siapa saja.
wassalam