Senin, September 02, 2013

Sayyid Quthb


sayyid qutb 420x315 Akhi Sayyid Quthb


Oleh : Saefullah


Islampos.com - ABDULLAH Al-Aqil, penulis buku Min A’lami Al-Harakah wa Ad-Dakwah Al-Islamiyah Al-Mu’ashirah menuturkan kesannya terhadap Sayyid Quthb, “Ketika berada di bangku Sekolah Menengah Atas, saya tidak begitu tertarik kepada Sayyid Quthb. Sebab ia berafiliasi ke aliran Al-Aqqad. Saya lebih senang pada aliran Ar-Rafi’i dan murid-muridnya, seperti Said Al-‘Iryan, Ali Thanthawi, dan Mahmud Muhammad Syakir. Setelah saya berada di Mesir, membaca tulisannya di Majalah Al-Fikrul Jadid, menelaah makalahnya tentang Hasan Al-Banna dan Ikhwanul Muslimin di majalah Ad-Dakwah mulai membuatku tertarik pada tokoh ini.


“Setelah itu aku menghadiri seminar di rumahnya. Mendengarkan ceramahnya yang mengegumkan di Jam’iyah Asy-Syubbanul Muslimun untuk menentang Perancis. Mengetahui tuntutannya melepaskan gelar dan ijazah Perancis untuk membela kaum muslimin di Afrika Utara. Dan membaca makalah-makalahnya tentang parade-parade besar yang tidak mempunyai pengaruh. Maka semua itu mendekatkanku dengannya dan membuatnya punya posisi tinggi di hatiku. Saya pun selalu membaca semua buku dan makalahnya dengan antusias dan rindu.”


Syaikh Khalil Al-Hamidi, sekretaris Al-Maududi, menceritakan, “Tahun 1966, di Makkah Al-Mukarramah, tepatnya di Hotel Syabra, pemuda muslim Arab masuk menemui Ustadz Al-Maududi dan menyodorkan kepadanya buku Ma’alim fith Thariq karya Sayyid Quthb. Al-Maududi membaca buku tersebut semalam. Pagi harinya, ia berkata, ‘Sepertinya, saya sendiri yang menulis buku ini.’ Al-Maududi heran melihat kedekatan pemikiran dirinya dengan pemikiran Sayyid Quthb. Al-Maududi berkata, ‘Tidak perlu heran, karena sumber pemikiran Sayyid Quthb dan pemikiranku itu satu, yaitu Al-Qur`an dan Sunnah’.”


Raja Faisal bin Abdul Aziz ketika mendengar bahwa Sayyid Quthb akan dihukum mati, segera mengirimkan telegram kepada Jamal ABdun Nashir tanggal 28 Agustus 1966. Raja Faisal berharap Abdun Nashir tidak menjatuhkan hukuman mati kepada Sayyid Quthb. Sami Syaraf menyerahkan telegram Raja Faisal sore harinya kepada Andun Nashir, lalu Abdun Nashir berkata kepada Sami Syaraf, “Laksanakan hukuman mati besok pagi saat fajar dan berikan kepadaku telegram setelah pelaksanaan eksekusi mati.”


Abdun Nashir kirim telegram balasan kepada Raja Faishal dan menjelaskan telegram itu sampai kepadanya setelah pelaksanaan eksekusi mati. Pelaksanaan hukuman mati terhadap Sayyid Quthb dilakukan sebelum terbit fajar hari Senin, 29 Agustus 1966.


Eksekusi hukuman mati terhadap Sayyid Quthb didahului dengan tuduhan makar terhadap beliau oleh Jamal Abdun Nashir, tahun 1965. Saat itu, Abdun Nashir berada di Moscow dan mengumumkan dari sana bahwa ada upaya pembunuhan terhadap dirinya dan penggulingan pemerintahannya oleh Ikhwanul Muslimin di bawah pimpinan Sayyid Quthb. Akhirnya Sayyid Quthb ditahan tanggal 9 Agustus 1965.


Selanjutnya diadakan penyelidikan terhadap Sayyid Quthb di penjara perang tanggal 19 Desember 1965 selama tiga hari dan akhirnya menjatuhkan hukuman mati atas Sayyid Quthb tanggal 21 Agustus 1966. Keputusan ini tentu saja membuat gusar dan marah sebagian besar kaum muslimin di seluruh penjuru dunia.


Hukuman mati terhadap Sayyid Quthb merupakan tragedi menyakitkan bagi kaum muslimin, mengguncang dunia Arab dan Islam, mengobarkan kemarahan ulama, da’i dan masyarakat Islam. Kaum muslimin mengecam keras tidak kejahatan keji ini, melakukan shalat ghaib di penjuru Timur dan Barat, surat kabar Islam menampilkan edisi khusus tentang Asy-Syahid Sayyid Quthb dan rekan-rekannya. Ulama dan da’i mengharapkan para penjahat yang terlibat dalam penggantungan Sayyid Quthb mendapatkan balasan siksa dari Allah.


Asy-Syahid Sayyid Quthb pernah berkata, “Jari telunjuk yang setiap hari memberi kesaksian tauhid kepada Allah saat shalat menolak menulis satu kata pengakuan untuk penguasa tiran. Jika saya dipenjara karena kebenaran, saya rela dengan hukum kebenaran. Jika saya dipenjara dengan kebatilan, pantang bagi saya minta belas kasih kepada kebatilan.”


Sayyid Quthb pernah berkata,”Al-Qur`an tidak menyingkap rahasianya, kecuali kepada orang-orang yang terjun ke medan perang dengan berbekal Al-Qr’an dan berjihad demi membelanya.”


Sebuah syair beliau tulis dari balik jeruji penjara dengan judul Akhi. Syair ini menggambarkan keimanan yang kuat dalam dada Asy-Syahid dan geloran perjuangan dakwahnya yang tak kunjung padam. Berikut kutipan syairnya,


‘Saudaraku, engkau merdeka meski berada di balik jeruji penjara Saudaraku, engkau merdeka meski diborgol dan dibelenggu Bila engkau pada Allah berpegang teguh Maka tipu daya musuh tidak membahayakanmu Wahai saudaraku, pasukan kegelapan akan binasa dan fajar baru akan menyingsing di alam semesta lepaskan kerinduan jiwamu engkau akan melihat fajar dari jauh telah bersinar saudaraku, engkau jangan jenuh berjuang engkau lemparkan senjata dari kedua pundakmu siapakah yang akan mengobati luka-luka para korban dan meninggikan kembali panji-panji jihad?” []

0 komentar:

Posting Komentar